Abstract
Kreativitas
mampu mengubah hal yang biasa menjadi unik dan memiliki nilai jual.
Bonggol bambu yang selama ini oleh masyarakat dianggap tidak memiliki
nilai ekonomi, saat ini oleh warga Desa Jambukulon dijadikan kerajinan
yang unik dan bernilai ekonomi yang tinggi. Pemikiran tersebut menarik
untuk diteliti lebih mendalam. Pembuatan kerajinan tersebut melalui
berbagai langkah. Proses penciptaan kerajinan bonggol bambu ini menarik
untuk diteliti. Kerajinan bonggol bambu yang memiliki nilai estetis juga
menarik untuk dikaji. Rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi:
(1) bagaimana latar belakang munculnya kerajinan bonggol bambu di desa
Jambukulon?, (2) bagaimana proses penciptaan kerajinan bonggol bambu?,
(3) bagaimana nilai estetis yang terdapat dalam karya seni kerajinan
bonggol bambu di desa Jambukulon?. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif yang disajikan secara deskriptif. Data
dianalisis dengan pendekatan formal. Teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi. Proses analisis data dilakukan
melalui analisis formal.Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang melatar
belakangi muncuknya kerajinan bonggol bambu di desa jambukulon adalah
Bapak Daryono. Pemikiran kreatifnya muncul secara tidak sengaja ketika
melihat bonggol bambu yang mirip dengan tubuh binatang bebek. Kerajinan
ini mulai berkembang pada tahun 2005. Sejalan dengan berkembangnya
kerajinan bonggol bambu, Daryono mulai mendirikan rumah usaha yang
diberi nama “Wahyu Handy Craft”. Melalui rumah usaha tersebut warga
sekitar Daryono belajar untuk membuat kerajinan bonggol bambu. Proses
pembuatan kerajinan bonggol bambu melalui beberapa tahap seperti
persiapan, penciptaan dan finishing. Persiapan dilakukan dengan
pemantapan ide, persiapan bahan dan persiapan alat. Pembuatan kerajinan
meliputi pembuatan bagian, bagian kerajinan yang kemudian dirangkai
menjadi satu. Tahap finishing memiliki dua paham. Paham pertama
kerajinan dikatakan jadi ketika sudah melelui tahap pelapisan vernis.
Karya yang dilapisi vernis biasanya untuk kalangan lokal. Paham yang
kedua, karya dikatakan jadi ketika sudah dirangkai menjadi satu kesatuan
dan dihaluskan. Karya yang mempertahankan keaslian bahan tanpa
pelapisan vernis biasanya untuk pasar ekspor. Nilai estetis yang ada
pada kerajian bonggol bambu cukup tinggi. Penerapan unsur- unsur seni
dan prinsip desain disampaikan dengan baik dan penuh perhitungan. Saran
yang direkomendasikan yaitu meliputi: (1) disarankan tidak terpaku pada
pasar ekspor, (3) hubungan kerja antara pemilik usaha dengan pekerja
harus terus dijaga, (3) diharapkan mulai memikirkan bahan alternatif,
(4) pemerintah diharap memberi bantuan baik modal maupun penyuluhan, (5)
pemerintah diharapkan membantu penghijauan kembali tumbuhan bambu agar
siklusnya tidak terganggu.
0 comments:
Post a Comment