Download (1263Kb)
Abstract
Diantara
sekian masalah yang cukup serius yang dialami bangsa kita sebagai
pengaruh dari globalisasi ini ialah merajalelanya pekerja seks komersial
(PSK). Pelacuran merupakan tingkah laku lepas bebas tanpa kendali dan
cabul, karena adanya pelampiasan nafsu seks terhadap lawan jenisnya
tanpa mengenal batas-batas kesopanan, akibat dari adanya tuntutan
kebutuhan ekonomi untuk hidup lebih baik dan layak. Kenyataannya yang
dialami manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya mengalami kesulitan
terutama wanita, karena berbagai faktor penyebab seperti pendidikan yang
rendah, mental yang buruk dan lemahnya keterampilan membuat individu
khususnya wanita mengambil cara singkat untuk memenuhi kebutuhan hidup
yaitu dengan cara menjadi Pekerja Seks Komersial, sehingga perlu upaya
untuk merehabilitasinya. Salah satu tempat rehabilitasi sosial di daerah
Surakarta yang menerima mantan PSK adalah Balai Rehabilitasi Sosial
“Wanita Utama” yang wilayah kerjanya berada di Provinsi Jawa Tengah.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana peran
Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta dalam pembinaan
mental dan pelatihan keterampilan kerja perempuan mantan Pekerja seks
komersial? (2) bagaimana faktor penghambat dan pendukung dalam pembinaan
mental dan pelatihan keterampilan kerja perempuan mantan pekerja seks
komersial? Tujuan penelitian ini adalah Mengkaji peran Balai
Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta dalam pembinaan mental dan
pelatihan keterampilan kerja perempuan mantan pekerja seks komersial;
Mengkaji faktor penghambat dan pendukung dalam pembinaan mental dan
pelatihan keterampilan kerja perempuan mantan pekerja seks komersial.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian yang
dijadikan objek adalah Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama”
Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
observasi, wawancara, serta dokumentasi yang diolah dan diperiksa dengan
menggunakan teknik triagulasi untuk pengecekan keabsahan data. Teknik
analisis data dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data sampai penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, Status
Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta yaitu sebagai Unit
Pelaksana Teknis pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dalam upaya
pengentasan masalah wanita tuna susila dapat disimpulkan bahwa peran
Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta dalam pembinaan
mental dan pelatihan keterampilan kerja sebagai kategori peran perencana
sosial, peran penghubung, peran pendidik, dan peran memberdayakan.
Dalam hal pembinaan mental materi yang diberikan meliputi: pembinaan
Agama Islam dan Kristen, bimbingan mental, budi pekerti, pembinaan
karakter, dan ESQ. Sedangkan Pemberian bimbingan keterampilan kerja
meliputi keterampilan memasak/boga, jahit, dan salon. Faktor penghambat
internal dalam pembinaan mental dan pelatihan keterampilan kerja berasal
dari Penerima Manfaat sendiri, dan berasal dari Balai Rehabilitasi
Sosial “Wanita Utama” Surakarta. Faktor penghambat eksternal berasal
dari Masyarakat. Faktor pendukung internal yaitu sumber daya manusia,
dan pendidikan. Faktor pendukung eksternal yaitu tersedianya anggraan
dari APBD tingkat 1 Jawa Tengah pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah
sebagai sumber dana kegiatan operasional Balai, dan dukungan kerjasama
lintas sektoral terjalin dengan baik yang meliputi: Dinas Sosial,
Kepolisian, Satpol PP, Kantor Depag, Puskesmas, UNS, KPAD (Komisi
Pemberantasan AIDS Daerah), RSUD Dr. Moewardi Surakarta,
perusahanperusahaan dan tokoh masyarakat. Saran yang dapat penulis
rekomendasikan dalam penelitian ini adalah, (1) sebaiknya pihak Balai
Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta menyediakan modul mengenai
bimbingan mental dan pelatihan keterampilan, agar Penerima Manfaat dapat
mempelajari sendiri materi tersebut diluar jam pembinaan; (2) dalam
pelatihan keterampilan sebaiknya menambah alat keterampilan boga, jahit,
dan salon agar proses pelatihan berjalan dengan efektif; (3) karena
banyaknya Penerima Manfaat yang mengikuti keterampilan boga maka perlu
untuk penambahan ruangan kelas keterampilan boga, karena sudah tidak
cukup bagi Penerima Manfaat untuk melaksanakan praktik; (4) pada saat
jam besuk sebaiknya pihak Balai bekerja sama dengan pihak kepolisian
agar dalam tidak ada hal yang tidak diinginkan, seperti adanya pihak
keluarga, germo, atau preman yang datang ingin mengeluarkan Penerima
Manfaat secara paksa.
0 comments:
Post a Comment